Category: Uncategorized
-
Pelatihan Pendamping Pasien Stroke Dan Lansia
Jumlah penderita stroke di Indonesia sekitar 8 orang per 1000 jiwa. Jumlah yang cukup banyak. Saat ini, utamanya di kota kecil dan pedesaan, banyak penderita stroke yang tidak mendapat pelayanan rehabilitasi pasca stroke secara paripurna. Hal ini terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga fisioterapi maupun karena keterbatasan penyediaan pelayanan rehabilitasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Sahabat Husnul Khotimah akan melatih anggota masyarakat yang berminat untuk menjadi Pendamping Pasien Stroke Dan lansia SECARA GRATIS. Syarat untuk ikut pelatihan adalah sebagai berikut
- Laki laki atau perempuan umur 18- 50 tahun
- Berhati lapang, sabar dan sopan.
- Bersedia menjadi relawan Pendamping Pasien Stroke setelah selesai mengikuti latihan.
- Bersedia mengikuti seluruh sesi pelatihan
- Lebih mengutamakan yang ber-kemauan kuat, bukan lulusan tertentu.
Materi yang diajarkan adalah sebagai berikut:
- Hari 1: Dasar dan Posisi
- (a) Mengenal stroke (2 jam teori: penyebab, gejala, pencegahan).
- (b) Mengatur posisi penderita stroke (2-3 jam praktik: Posisi pasien tidur, duduk, simulasi dengan manekin atau relawan).
- Sisakan waktu untuk diskusi dan tanya jawab.
- Hari 2: Latihan Fisik dan Mobilitas
- (c) Melatih lengan dan tangan atas (1,5 jam praktik).
- (d) Melatih kaki (1,5 jam praktik).
- (e) Memindahkan pasien stroke (2 jam praktik: dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya).
- Fokus pada keterampilan motorik dan keamanan.
- Hari 3: Komunikasi dan Aktivitas Kognitif
- (f) Latihan komunikasi sederhana untuk afasia/ gangguan bicara (1,5 jam teori + praktik).
- (g) Latihan okupasi sederhana (1,5 jam praktik).
- (h) Latihan memori (1,5 jam praktik).
- Akhiri dengan simulasi kasus nyata dan evaluasi.
Setelah selesai mengikuti pelatihan di kelas, peserta akan langsung diterjunkan untuk melakukan kunjungan rumah pada pasien stroke. Peserta akan membentuk tim, masing-masing tim akan terdiri dari 2-3 peserta. Setiap tim harus membuat laporan berupa foto dan ulasan pendek tentang kegiatan kunjungan rumah tersebut. Sekretariat Sahabat Husnul Khotimah akan memberikan uang bensin sebesar Rp 20 000 per kunjungan agar Pendamping Pasien lebih termotivasi.
Pada minggu I kunjungan rumah, peserta memberikan pelayanan secara gratis. Pada minggu II, keluarga pasien diminta untuk membayar mulai dari Rp 25 000 per kunjungan. Semua dana dari keluarga pasien akan diserahkan ke peserta pelatihan untuk mengganti biaya transportasi. Setelah bekerja dalam Tim selama 2 minggu, peserta akan mulai bekerja secara perorangan. Biaya kunjungan bisa ditingkatkan mulai dengan Rp 50 000 per kunjungan.
Bagi Pendamping Stroke yang ingin mengembangkan kariernya dalam bidang pendampingan orang sakit, Pendamping Pasien Stroke akan dibantu untuk bisa berlatih secara mandiri (dengan bimbingan mentor) untuk bisa mempunyai 32 kompetensi. Kompetensi tersebut diperlukan bagi peserta yang akan mengikuti Uji Kompetensi Yang diakui secara nasional.
Pelatihan angkatan I akan diselenggarakan pada 21- 23 April 2023.Tempat pelatihan akan ditentukan kemudian. Pendaftaran dilakukan secara off-line dengan datang ke Sekretariat Sahabat Husnul Khotimah, jl .Mayjen Sutoyo no 107 Purworejo atau melalui WA no 0821 3891 4492 dan 0821-2049-6975
Bagi peserta, terbuka kesempatan untuk menjadi pendamping orang sakit stroke dan lansia berbayar, dengan mengikuti pelatihan tingkat lanjutan. Agar lebih mudah dipercaya masyarakat, dianjurkan pendamping pasien stroke untuk mengikuti Ujian Kompetensi.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kontak kami melalui email gunawansetiadi55@gmail.com atau WA 0821 3891 4492
-
Ketika Pendamping Lansia Dituduh Mencuri Oleh Lansia Pikun
Ketika seorang lansia dengan dementia menuduh caregiver mencuri, situasi ini bisa terasa menyakitkan atau membuat frustrasi. Namun, penting untuk diingat bahwa tuduhan ini biasanya bukan serangan pribadi, melainkan gejala dementia seperti paranoia, kehilangan ingatan, atau kesulitan memahami realitas. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan caregiver:
Tetap Tenang dan Jangan Tersinggung
Jangan membalas dengan marah atau membela diri secara agresif (misalnya, “Saya tidak mencuri!”). Ini bisa memperburuk situasi.
Tarik napas dalam, jaga nada suara tetap lembut, dan ingat bahwa dementia mengubah cara lansia berpikir.
Dengarkan dan Validasi Perasaan Mereka
Tunjukkan bahwa Anda memahami kekhawatiran mereka tanpa mengiyakan tuduhan.
Contoh: “Oh, Ibu/Bapak merasa ada yang hilang ya? Pasti bikin khawatir. Apa yang hilang?”
Ini membuat lansia merasa didengar, bukan diabaikan.
Jangan Berdebat atau Memaksa Realitas
Hindari mengatakan, “Itu tidak mungkin, saya tidak ambil!” karena lansia mungkin tidak bisa membedakan fakta dan persepsi mereka.
Fokus pada menenangkan, bukan membuktikan kebenaran.
Tawarkan Bantuan untuk “Mencari” Barang
Ajak lansia mencari barang yang mereka anggap hilang. Ini bisa menenangkan mereka dan sering kali barangnya memang hanya lupa diletakkan.
Contoh: “Ayo kita cari dompetnya bareng, mungkin jatuh di sofa.”
Jika barang tidak ditemukan, katakan, “Nanti kita cari lagi ya, sekarang kita duduk dulu.”
Alihkan Perhatian
Setelah suasana sedikit reda, ajak lansia ke aktivitas lain untuk mengalihkan fokus dari tuduhan.
Contoh: “Sambil nunggu, kita buat teh yuk,” atau “Lihat foto ini, Ibu/Bapak ingat tempat ini?”
Pilih aktivitas yang biasanya mereka nikmati.
Periksa Fakta di Belakang Tuduhan
Kadang tuduhan mencuri muncul karena lansia lupa di mana mereka menyimpan sesuatu atau salah paham. Jika memungkinkan, cek lokasi biasa barang itu disimpan tanpa membuat lansia merasa disalahkan.
Contoh: Jika tuduhan tentang uang, mungkin mereka lupa memberikannya kepada keluarga sebelumnya.
Libatkan Keluarga Jika Perlu
Jika tuduhan berulang atau lansia tetap yakin Anda mencuri, beri tahu keluarga secara privat. Jelaskan situasinya dengan tenang dan minta saran mereka.
Contoh: “Tadi Ibu bilang saya ambil dompetnya, mungkin keluarga bisa bantu jelaskan atau cek barangnya.”
Catat Kejadian
Tulis detail tuduhan (kapan, apa yang “hilang”, reaksi lansia) untuk dilaporkan ke keluarga atau dokter. Paranoia atau tuduhan berulang bisa jadi tanda perkembangan dementia atau masalah lain yang perlu diperiksa.
Contoh Situasi dan Respons
Situasi: Lansia berteriak, “Kamu mencuri uangku, dasar pencuri!”
Respons Caregiver: “Wah, Ibu/Bapak khawatir uangnya hilang ya? Saya bantu cari, di mana biasanya disimpan? Kita lihat bareng yuk.” (setelah mencari) “Kalau belum ketemu, kita istirahat dulu ya, sambil minum air.”
Tips Tambahan
Jaga Reputasi Anda: Jika tuduhan sering terjadi di depan orang lain, pastikan keluarga tahu konteksnya agar tidak ada salah paham.
Kenali Pemicu: Tuduhan bisa muncul saat lansia stres atau bingung, jadi perhatikan pola (misalnya setelah kehilangan barang kecil).
Pesan Penting
Tuduhan mencuri adalah hal umum pada lansia dengan dementia dan bukan cerminan karakter Anda sebagai caregiver. Dengan pendekatan yang sabar, empati, dan solutif, Anda bisa menjaga hubungan baik dengan lansia sambil melindungi diri dari stres emosional. Fokuslah pada kenyamanan mereka, bukan membuktikan diri Anda benar.
-
Apakah Ada pasar untuk Sahabat Husnul Khotimah di Jakarta dan Sekitarnya ?
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, terdapat pasar yang berkembang untuk pendamping mental spiritual bagi lansia, terutama dalam fungsi Sahabat Husnul Khotimah (caregiver ) yang berfokus pada menemani dan mengobrol. Peningkatan kebutuhan ini dipicu oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Banyak lansia kini tinggal sendirian atau bersama keluarga yang sibuk, sehingga mereka membutuhkan dukungan yang lebih personal, baik secara emosional maupun spiritual. Layanan ini tidak hanya membantu lansia dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga memberikan perhatian pada kesejahteraan mental dan spiritual mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya aspek ini semakin meningkat, sehingga permintaan terhadap caregiver dengan peran pendampingan semacam ini terus bertumbuh.
Apa Kompetensi Utama yang Diperlukan untuk Menjadi Sahabat Husnul Khotimah Mental Spiritual?
Untuk menjadi sahabat Husnul Khotimah (caregiver ) mental spiritual yang efektif, ada beberapa kompetensi utama yang diperlukan, antara lain:
- Kemampuan Komunikasi yang Baik
Sahabat Husnul Khotimah (Caregiver) harus mampu berkomunikasi secara jelas dan penuh perhatian, terutama dalam mendengarkan lansia dengan sabar dan memberikan respons yang mendukung. - Empati
Kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan lansia sangat penting untuk membangun hubungan yang saling percaya dan memberikan dukungan emosional yang tulus. - Kesabaran
Lansia sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk menyampaikan pikiran atau perasaan mereka, sehingga sahabat Husnul Khotimah (caregiver) perlu bersabar dalam menemani dan mendampingi. - Pengetahuan Dasar tentang Kesehatan Mental dan Spiritual
Memahami dasar-dasar kesehatan mental membantu Sahabat Husnul Khotimah (caregiver ) mengenali tanda-tanda stres atau kecemasan, sementara pengetahuan spiritual memungkinkan mereka mendukung keyakinan atau praktik keagamaan lansia sesuai kebutuhan individu. - Kemampuan Menghargai Keyakinan Spiritual Lansia
Setiap lansia memiliki latar belakang spiritual yang unik, dan Sahabat Husnul Khotimah (caregiver ) harus menghormati serta mendukung keyakinan tersebut tanpa memaksakan pandangan pribadi.
Kompetensi-kompetensi ini memungkinkan caregiver untuk tidak hanya menjadi pendamping fisik, tetapi juga sahabat yang membantu lansia mengatasi tantangan emosional dan eksistensial yang sering muncul di usia lanjut.
Ringkasan
Pasar untuk Sahabat Husnul Khotimah, pendamping mental spiritual, lansia di kota-kota besar Indonesia sedang berkembang seiring meningkatnya kebutuhan akan dukungan emosional dan spiritual yang personal. Untuk menjadi caregiver mental spiritual, seseorang perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik, empati, kesabaran, serta pemahaman tentang kesehatan mental dan spiritual, sambil tetap menghargai keyakinan individu lansia. Peran ini sangat berharga dalam meningkatkan kualitas hidup lansia di tengah perubahan sosial yang terjadi.
- Kemampuan Komunikasi yang Baik
-
Peran Caregiver dalam Pemulihan Stroke: Sentuhan Kasih dalam Bingkai Iman
Pendahuluan: Ketika Ujian Stroke Menghampiri
Stroke bukan sekadar ujian fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Bagi penyintas, perjalanan pemulihan seringkali dipenuhi tantangan: dari kesulitan bergerak hingga rasa frustasi dan kesepian. Di sinilah peran caregiver (pendamping) menjadi cahaya penuntun. Dalam Islam, merawat orang sakit adalah amal mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit, maka ia terus berada dalam kebun surga hingga kembali pulang.” (HR. Muslim). Seorang caregiver bukan hanya membantu secara fisik, tetapi juga menjadi sahabat yang menguatkan hati.
Rehabilitasi Fisik: Langkah Kecil yang Bermakna Besar
Setelah stroke, latihan fisik rutin penting untuk memulihkan mobilitas. Namun, melakukannya sendiri seringkali terasa mustahil. Caregiver hadir sebagai pendamping yang sabar, membantu menggerakkan tangan atau kaki, mengingatkan jadwal terapi, dan memastikan konsistensi. Nabi Muhammad SAW mengajarkan, “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim). Kekuatan di sini mencakup usaha untuk sehat. Dengan bantuan caregiver, penyintas stroke bisa perlahan menemukan kembali kekuatannya, selaras dengan prinsip Islam untuk tidak menyerah pada keadaan.
Dukungan Emosional: Mengusir Kesepian dengan Cinta
Rasa terisolasi pasca-stroke bisa memperlambat pemulihan. Caregiver menjadi teman bicara, pendengar setia, dan sumber semangat. Islam mengajarkan bahwa setiap kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6). Kehadiran caregiver mengingatkan pasien bahwa mereka tidak sendirian. Kisah Nabi Ayub AS yang sabar meski diuji sakit parah juga bisa menjadi inspirasi: dari kesabaran itu, lahir kekuatan baru.
Spiritualitas Caregiver: Ibadah yang Menghasilkan Pahala
Merawat orang sakit adalah bentuk ibadah. Rasulullah SAW menyebut, “Memberi makan orang lapar, menjenguk orang sakit, dan membebaskan kesulitan sesama adalah jalan ke surga.” (HR. Bukhari). Setiap usaha caregiver—dari memijat hingga mendengar keluh—dicatat sebagai amal kebaikan. Bagi pasien, kesabaran menerima ujian juga bernilai pahala. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash: 80).
Penutup: Bersama dalam Iman, Pulih dengan Penuh Harapan
Pemulihan stroke adalah perjalanan panjang, tetapi dengan dukungan caregiver yang tulus dan landasan iman, setiap langkah menjadi bermakna. Bagi caregiver, ketahuilah bahwa kesabaran dan kasih sayangmu adalah investasi akhirat. Bagi penyintas stroke, yakinlah bahwa Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuanmu (QS. Al-Baqarah: 286). Bersama, kita bisa melewati ujian ini dengan hati yang ikhlas dan semangat tak kenal lelah.“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa.” (QS. Al-Maidah: 2).
Mari jadikan peran caregiver sebagai wujud nyata ayat ini! 💚🕊️